Aturan mendasar yang biasa dipakai sebagai acuan me-layout sebuah media (surat kabar).
1. Sederhana, membawa mata nyaman untuk membaca.
2. Ada sesuatu yang ditonjolkan. (Buat satu dominasi, buat pembaca untuk fokus pada satu hal). Tidak meletakkan banyak foto dan gambar. Walaupun bagus, namun jika diletakkan dengan tidak proporsional, pembaca akan jenuh untuk melihatnya. Ataupun juga tidak mendominasi halaman dengan tulisan.
3. Buat semacam Hierarki. (Mengenai ukuran, aturan Headline, foto, posisi halaman, dll). Atraktif, simple. Hal ini ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan bersama.
4. Keseimbangan. Jangan membuat layout bagian atas lebih ‘berat’ dibandingkan layout bagian bawah.
5. Pengaturan lebar dan panjang kolom. Tidak terlalu lebar, dan juga tidak terlalu sempit. Tidak panjang dan tidak juga pendek. Idealnya, lebar kolom minimal 7 point, dan maksimal 18 point. Ukuran ini didapatkan berdasarkan hasil riset pada tahun 1980-an. Baik dari segi kenyamanan mata, maupun penyesuaian persaingan bisnis dengan media elektronik yang kala itu makin berkembang.
6. Penggunaan warna, lebih baik untuk kenyamanan pembaca. Terutama untuk rubrik yang berisikan informasi utama.
7. Penentuan spasi yang tepat. Tidak terlalu jarang, tidak juga terlalu dekat.
8. Penggunaan garis. Setiap garis mempunyai filosofinya sendiri. Bukan asal garis.
9. Pengelolaan Allignment. Ketika satu judul rata tengah, maka semua judul pada satu halaman sebaiknya rata tengah.
10. Sering gunakan Pullout/Teaser. Ini baik untuk jeda pada berita.
11. FIREWALL. Don’t you dare to forget it. Pemisah antara iklan dan berita.
12. Foto yang baik, adalah foto yang memuat informasi. Sebaiknya jangan meletakkan informasi di atas foto yang penting. Buat pembaca untuk melihat fotonya terlebih dahulu.
Dalam surat kabar, pemberitaan dikelola oleh bagian redaksi. Dan layouter di Teknokra, masuk dalam Bidang Redaksi. Editor yang menentukan berita, dan Layouter yang menentukan Desain. Ada pembagian kerja yang jelas. Tidak tumpang tindih. Tidak apa-apa saling memberi masukan. Tapi jangan sampai mendominasi, sehingga bisa jadi seorang Layouter kehilangan mood-nya karena terlalu banyak diberi masukan oleh Editor. Biarkan saja Layouter bebas berkreasi, setelahnya baru bisa memberi kritik yang baik.
Layoutan akan mencerminkan sang Layouter-nya. Karena acuan baik dan buruk tiap kepala akan berbeda. Untuk itulah diperlukan kerjasama tim yang baik, dimana saling berdiskusi untuk menyatukan isi kepala. Jika diperlukan, maka lakukan riset. Karena riset dilakukan untuk menemukan apa yang terbaik.
Graphic and Maps
Untuk membuat suatu grafik, desainer harus memiliki Insting Jurnalis. Dan tentu saja, karena berhubungan dengan data, harus ilmiah dan matematis. Grafik, dalam media merupakan hal penting. Karena dapat memudahkan pembaca untuk membaca data, dan membuat sesuatu yang rumit, berubah menjadi menarik.
Sebagai langkah awal, yang harus dilakukan adalah berkolaborasi dengan editor, jurnalis, tim artistik, dan semua pihak yang berkaitan dengan grafik yang akan dibuat. Langkah selanjutnya adalah, bagi desainer yang senang menggunakan warna, warna baik untuk pemisah item yang satu dengan yang lain. Desainer harus dapat melihat proses dan tahu apa yang editor ingin sampaikan. Kemudian elemen-elemen pada setiap cerita. Desainer harus mampu berpikir secara visual. Dan yang teroenting adalah judul grafik dan caption. Hindari judul yang sama dengan Judul Berita.
Kriteria Grafik yang Baik
Grafik merupakan elemen lain yang membuat pembaca tertarik. Pembaca akan mengerti isi pesan hanya lewat grafik, walaupun pembaca belum menyelesaikan cerita. Beberapa kriteria grafik yang baik adalah: ide yang kompleks, bisa secara sederhana dikomunikasikan lewat grafik. Jelas dan efisien. Berisikan informasi dan substansi.
Maps (peta)
Usahakan untuk tidak meng-copy paste begitu saja. Karena tindakan itu bisa dikatakan plagiat. Kecuali kita mencantumkan sumber di dapat. Itupun kalau benar-benar terpaksa. Media besar biasanya terpercaya dalam hal keakuratan berita. Begitu juga dengan peta. Biasanya mereka menerapkan sistem skala dalam pembuatannya.
The Three Second Rule: “Bila selama tiga detik setelah selesai membaca grafik, pembaca tidak lupa, maka grafiknya berhasil. Bila selama tiga setik setelah membaca grafik, pembaca tidak dapat menangkap informasi apa-apa, maka grafiknya dikatakan gagal.”
(Zetya Hardez,zetyahardez.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar